Sakit Lutut 

Seperti Ditusuk!

Ibu Hanya Pendam Sendiri

Sakit Lutut 

Seperti Ditusuk!

Ibu Hanya Pendam Sendiri

Sudah 5 tahun saya merantau, rasanya momen berdua bareng ibu makin jarang terjadi. Apalagi setelah kematian ayah, saya hanya fokus bekerja dan sesekali menelepon ibu di rumah.

Semua berubah ketika pandemi COVID-19. Keajaiban WFH, jadi momen refleksi hubungan saya dengan ibu. Termasuk menyadari perubahan caranya berjalan.
Kini jalannya pelan dan pendek. Aktivitas berat juga sudah lama ibu tinggalkan. Sholat harus duduk, berjalan dan naik turun tangga pun harus dibantu tongkat.

“Ibu sakit lutut?” tanya saya.

Selama saya merantau, ibu tidak pernah bercerita tentang sakit lututnya. Baginya, hal sepele seperti sakit lutut tidak perlu dibesar-besarkan.
Tapi nyatanya, sakit lutut ibu berubah drastis dalam 5 tahun.

“Tiap bergerak rasanya sakit banget! Lutut seperti ditusuk-tusuk ribuan jarum. Mau gerak pun takut jatuh, sekarang ibu hanya dibantu pakai tongkat”.

Memang, usia ibu tidak lagi muda. Masuk usia 50 tahun dengan berat badan berlebih, ibu sudah lama ‘ngeh’ lututnya sering bunyi ‘kritt kritt’ tiap sholat maupun berjongkok.
Berhubung tidak ada rasa sakit, jadi ibu abaikan dan pendam sendiri.
Sudah Coba Susu Kambing dan ‘Alternatif’
Bagi Ibu, Zonk!
Mengandalkan informasi dari grup WA RT, ibu sempat putuskan beli susu kambing yang katanya mampu sembuhkan sakit lutut. Nyatanya, puluhan box susu kambing sudah ibu konsumsi dalam setahun, namun perubahan tak kunjung dialami.
Ibu juga sangat tradisional dan menolak diajak berobat selain ke ‘alternatif’. Seringnya saya kecewa, karena perjalanan panjang dan memakan biaya tidak ada perubahan signifikan

Puncaknya saat ibu terjatuh di kamar mandi, karena sakit lutut yang membuatnya sulit menjaga keseimbangan tubuh dengan baik. Sejak itu, ibu seringkali merasa oleng dan kesulitan berdiri tegak. Saudara kami yang kebetulan dokter sudah mewanti-wanti.

“Ibu dijaga betul ya mba, takutnya nanti jatuh lagi. Apalagi kalau jatuhnya duduk. Waduh! Takut patah tulang atau saraf kejepit!”

Keputusan Terbesar dalam Hidup:
Resign Demi Ibu
Saya punya ketakutan besar jika ibu jatuh untuk kedua kalinya. Sudah banyak informasi di internet, jika patah tulang, saraf kejepit, dan lumpuh bisa bermula dari jatuh terduduk.
Keputusan untuk resign terus diupayakan agar saya bisa mengawasi dan merawat ibu di rumah. Selain itu, saya tidak mungkin selalu izin kerja untuk anter ibu terapi alternatif ’ yang jadwalnya 2-3x per minggu.
Anehnya, bos justru menolak dan optimis tidak melepas saya. Menurutnya, masih ada jalan keluar untuk kesembuhan ibu tanpa harus mengorbankan pekerjaan.
Saya beranikan tanya, “Adakah solusi yang bapak tawarkan?” Beliau justru balas bercerita.

“Tante saya usianya sekitar 57an, pernah sakit lutut gara-gara Osteoarthritis. Alhamdulillah sih! Dia pakai alat terapi teknologi laser gitu dari rumah, sekarang sudah sembuh. Sakit lututnya gak pernah kambuh lagi”.

Hasil browsing di internet tentang alat terapi teknologi laser, ketemulah dengan Evolaser. Alat terapi laser portable dengan gabungan 3 teknologi, teknologi Low Level Laser, TENS, dan NMES.

Selama Terus Usaha, Pasti Ada Jalan

Sakit Lutut Berhasil Pulih!

Awalnya susah mengambil hati ibu untuk terapi dengan alat berteknologi. Namun saya terus membujuknya, “Kita coba 1 bulan dulu bu. Kalau memang tidak ada perubahan, bisa kita hentikan.” Akhirnya ibu setuju terapi dengan Evolaser!
Nyatanya, sudah 3 bulan ibu terapi mandiri di rumah. Perubahan sudah banyak dirasakan ibu. Rasa sakit yang sebelumnya terasa menusuk berangsur pulih berkat rutin terapi dengan Evolaser tiap pagi dan malam.

3 minggu

Sakit lutut yang terasa menusuk mulai mereda.

8 minggu

Berhasil berjalan normal tanpa bantuan tongkat.
12 minggu
Mampu mengikuti gerakan sholat dengan khusyu.
Beliau sering cerita kalau sangat senang dan bersyukur sudah diberikan Evolaser. Sampai saat ini, ibu masih rutinkan terapi sebagai bentuk ikhtiar agar sakit lutut tidak terulang.
Tentang pekerjaan? Saya tidak jadi resign dan kembali merantau untuk bekerja. Tentunya, sambil menjaga komunikasi yang lebih baik dengan ibu.

Dapatkan Informasi Selengkapnya!

Copyright @ 2025. Aculaser.co.id/evolaser. All Rights Reserved.

DISCLAIMER

PRIVACY POLICY

CONTACT US

Health improvements or outcomes mentioned are based on our therapies, medical research, and personal coaching experiences. Results are not guaranteed and may vary, depending on individual health habits. All health therapies involve risks and require consistent effort and action. Aculaser.co.id is not an instant solution or cure-all but offers support in building healthier lifestyle habits and preventing degenerative diseases.